Episode 2
Inilah episode ke
2 cerita saya. lanjutkan saja yaa. Saya masih ingat betul ketika itu saya
sedang libur semester, saat berkunjung ke rumah pakde (yang juga salah satu
pengurus MI Keji) saya ditawari untuk membantu mengajar di MI. Saya mengiyakan
tawaran itu karena ingin mengisi liburan dengan kegiatan yang baru, aksesnya
pun mudah untuk dijangkau, lokasinya dekat dengan rumah pakde saya.
Pada hari pertama
saya datang ke MI Keji, saya tersanjung dengan sambutan dari guru-guru dan para
siswa yang menyambut dengan senyuman yang manis (ahayy). Kesan saya adalah saya
pasti bisa betah disini. Banyak cerita di madrasah ini, pertama kali saya masuk
kelas yang saya rasakan adalah canggung luar biasa. Biasanya saya berbicara di
depan mahasiswa, nah kali ini harus menghadapi anak-anak kecil yang super ribut
dan bandel. Harus bisa menarik perhatian mereka, tapi saya gak tau gimana
teknik megajar anak seusia SD (biasanya Cuma ngurusi ikan, pancingh dan jaring
sih).
Tapi disini saya
cepat akrab dengan siswa-siswi, tidak begitu susah sebenarnya untuk mendekati
anak. Di masing-masing kelas ada kesan dan kenangan mesing-masing. Di kelas 1
jujur saya sangat kewalahan, ya bayangkan saja jika waktu pelajaran ada 7 anak
yang nangis, gara-gara berantem dan dendam maupun yang Cuma mengisengi
temannya. Yah, namanya juga baru kelas 1 pasti belum mengerti kenapa mereka
harus sekolah, dan mereka harus bagaimana di sekolah. Tapi anak-anak MI Keji
manis-manis banget, masih kecil-kecil. Jadi teringat masa SD, apa dulu saya
juga sekecil itu yaa, hehe. Terkadang tingkah mereka sangat menyebalkan, tapi
ngangeni. Anak-anak masih polos banget.
Tapi ada satu hal
yang sangat saya ingat di kelas 1. Waktu itu pelajaran Bahasa Inggris seperti
biasanya. Ketika saya menjelaskan siswa yang bernama Arjuna Nantes (panggil
saja Nantes) tiba-tiba nyeletuk, begini “Bu, kok masih kaya anak SMP?”. Hahh,
ada lagi yang bilang kaya gitu, padahal saya sensitif dengan kata-kata seperti
itu. Sudah berusaha serius untuk berpenampilan anggun, tapi masih ada saja yang
bilang anak SMP, dari orang yang kenalan dijalan, murid, sampai pak lurah pun
juga bilang “oh sudah kuliah to mbak, saya kira masih SMP, hehe” (dengan wajah
tanpa dosa). Apa mungkin saya memang masih imut dan lucu seumuran anak SMP,
haha. Tapi ya sudahlah, Nantes masih anak-anak, hehe. Sakhi, rahma, zulfa,
nasywa, sofa, devi, titis, hana, gita, sobri nantes, iqbal, zaki eka, zaki
maulana, ilham, galang, dias, razes.
Di kelas 2 saya
berasa artis saja, hehe, karena ketika saya mengajar saya banyak mendapat surat
cinta dari anak-anak kelas 2. Sampai sekarang pun masih saya simpan surat-surat
dari mereka. Ngangeni banget, padahal di surat itu mereka bilang “Bu, ngajar di
kelas 2 terus aja ya, jangan pindah dari sini,”, pasti mereka juga kangen sama
saya, hehe. Tingkah anak-anak memang agak alay kalo aku bilang, saya sudah
seperti artis, pada minta tanda tangan, nomer telpon, alamat dan
pertanyaan-pertanyaan lain. Ada juga satu anak yang tidak pernah memanggil saya
dengan nama saya, tapi dia memanggil saya dengan “Bu Falaa”, Bu Fala itu guru
Bahasa Inggris yang dulu, padahal yaa beda jauh kalo sama Bu Fala, dia kan
cantik, hehe. Citra, fara, desti, nada, farissa, siti, almas, ana, viki, rahma,
levi, adib, dipa, farel, reihan, mulk, faisal, fathul, ridho, drian.
Karena kelas 3 itu
kelas yang paling pendiam dan siswanya pun lebih anteng dan kalem, saya merasa
lebih bisa menguasai kelas. Dan kelas 3 adalah kelas yang paling tenang,
meskipun tetap ada sedikit kejailan dari anak-anak. Anak-anak kelas 3 juga
manis-manis dan rajin, antusianya TOP. Yang peling sering saya goda di kelas 3
itu Anam dan Rama, karena Rama agak sedikit ngondek gitu, jadi lucu banget.
Anam, rama, guntur, imam, ahnaf, luthfi, rio, tegar, diva, syifa, izza, bulan,
salsa, nanda, afa, kania,
Lain
lagi kelas 4, mereka sudah lebih faham, lebih usil dan jail. Di kelas ini cukup
antusias dan aktif, tapi usilnya masyaAllah, jarang ada yang tidak bersuara di
kelas ini karena semuanya gak cewek gak cowok sama saja cerewetnya. Tapi
positifnya saya juga bisa lebih dekat dan akrab dengan anak-anak. Veni, nana,
rahma, hasna, tio, ade, nafis, nino, vallen, arya, fiana, yahya, hilal, abi,
ifan.
Kalau kelas 5 ini
adalah kelas yang paling luar biasa, luar biasa banyak yang bandel. Terkadang
mereka membuat jengkel karena gak mau nurut, tapi di kelas 5 juga banyak yang
akrab dengan saya. meskipun saya kesulitan mengajar kelas 5 tapi saya tetap
bisa akrab dan dekat ketika diluar kelas. Salah satunya dengan si kembar Ridwan
dan Edwin, kembar identik, mirip banget sampai sekarang belum bisa membedakan
mana yang Ridwan dan mana yang Edwin. Terkadang jika Ridwan yang dipanggil maka
yang datang adalah Edwin dan sebaliknya, hampir saja tertipu kalo misalnya
tidak ada atribut nama di seragam mereka. Entis, dian, lia, wiwik, tasya,
vilda, ridwan, edwin, trio, wicak, aji, putra, nizar, tri, dimas, novan, ifan.
Yang paling akrab
dibandingkan yang lainnya adalah siswa kelas 6. Mungkin karena mereka sudah
lebih matang dibandingkan adik-adiknya, hehe. Jumlahnya pun paling sedikit
dibndingkan kelas lain. Cindy, ira, isna, desi, ali, noval, iqbal, febri,
daniansyah, dani kecil, eko.
Masih banyak
cerita lainnya, tunggu episode-episode selanjutnya yaaa,,,
BERSAMBUNG...
Thanks miss for your attentions
BalasHapus